Banyak Baca (vs) Banyak Nonton

Kalau tidak nonton TV sehari saja sudah kelihatan uring-uringan. Tontonan yang dipantengin pun cuma itu-itu saja: film kartun, acara anak, bahkan mungkin sinetron. Itu, anak kecil zaman sekarang.

Di zaman ibu-bapak kita masih bermain lompat tali, petak umpet, dan masak-masakan, TV belum jadi barang “wajib” di dalam rumah. Waktu kanak-kanak habis untuk menyalurkan energi melalui kegiatan bermain dengan aktivitas fisik atau permainan yang mengasah kecerdasan: membuat perahu dari kulit jeruk, membuah perabot rumah tangga mainan dari kertas, dan lain-lain.

Sebenarnya, sudah banyak orang yang hati kecilnya jujur menginginkan TAK USAH ADA TV DI RUMAH. Jadi, tidak perlu ragu untuk segera menyingkirkan TV dari rumah kita.

Nanti dapat info dan hiburan dari mana?

Mari kita jawab, “Kurang canggih apa internet zaman sekarang? Kurang komplit apa toko buku, koran, dan majalah pengetahuan zaman sekarang?”

“Kurang banyak mana rekreasi alam yang bisa dijelajahi zaman sekarang? Kurang banyak apa lagi taman bermain dan taman belajar untuk anak-anak zaman sekarang?”

Yang penting ‘kan bisa menyiasati

Wah, kalau berdebat soal sub-bahasan ini sepertinya akan sangat panjang sekali. Begini saja …. Saya tantang Anda untuk menyingkirkan TV dari rumah Anda, lalu salurkan energi dan kreativitas anak Anda untuk membaca buku, eksplorasi alam, berkebun, ikut pengajian keislaman, diskusi, dan berjubel kegiatan bermanfaat untuk kebaikan dunia dan akhiratnya.

Mari kita lihat, lebih oke yang mana, semua kegiatan bermanfaat itu atau memelototi layar TV yang sudah seperti sihir yang mematikan jasad-jasad hidup para calon pemimpin masa depan tersebut.

Lebih mending banyak baca

Suatu saat, saya pernah bongkar-bongkar buku tempo doeloe, warisan kakek saya. Ternyata, saya bukan hanya mendapati buku-buku kakek, tetapi ada bonus buku-buku bapak dan paman saya. Hampir setiap anak dari kakek saya akan punya buku khasnya sendiri-sendiri. Ada yang senang buku tentang akidah dan adab Islam, ada yang senang buku bahasa, ada yang senang pengetahuan umum.

Saya dan adik saya berdiskusi, “Kok bisa ya setiap anak punya bukunya sendiri-sendiri? Bukunya banyak pula.” Apa hasil diskusi saya dan Adik?

Zaman dahulu, belum ada TV. Mentok-mentok, yang ada ya radio. Itu pun tidak sering dinyalakan. Hasilnya, anak-anak lebih senang membaca buku. Kalau pun sedang tidak membaca buku, mereka akan ikut bantu-bantu pekerjaan orang tua.

Ayo, para orang tua yang bijak, kita singkirkan TV dari rumah kita, dan kita pantik kecerdasan dan kreativitas anak kita dengan buku-buku yang bermanfaat untuk dunia dan akhirat mereka.

Sebagai penutup, saya ingin merekomendasikan salah satu tempat terbaik untuk memilih buku-buku terbaik: www.toko-muslim.com. Ini adalah salah satu toko-online favorit saya.

Jangan ragu lakukan perubahan, mulai dari rumah Anda. Just against the mainstream!

Bandar Universiti, 9 Juni 2011,

Athirah.